Selasa, 04 Desember 2012

Menanti Cerah Datang



 by kikakirana 


Hujan.
Ketika ku dengar derap langkahmu perlahan menjauh dariku. Apa salahku? Aku tak pernah tau mengapa tiba” kau pergi meninggalkanku. Masih teringat olehku semua janji” manismu. Begitu hangat terdengar, tapi semua itu hanyalah sebaris kalimat tak berbukti yang kau ucapkan kepadaku. Ku diam, tak tahu apa yang harus ku lakukan. Menangisi kepergianmu, ya.. hanya menangis yang bisa kulakukan saat ini.
Tetap hujan.
Kala ku sadari kini aku sendiri tanpamu di sisiku lagi. Hanya air mata tertumpah yang mampu meredakan gemuruh di dada. Harusnya aku marah, tapi sungguh aku tak bisa. Masih dapat ku dengar dengan jelas ketika kau ucapkan kata perpisahan itu “Maaf, Rani. Hatiku tak lagi untukmu” lalu tanpa mempedulikan perasaanku kau pergi meninggalkanku begitu saja. Singkat. Sebuah kalimat singkat dan pelan, namun begitu menghujam ke dalam relung hati. Mengalahkan gemuruh suara petir yang ku dengar saat ini. Harusnya aku marah kan? tapi mengapa aku hanya bisa menumpahkan air mata?
Masih mendung.
Ketika kucoba melangkahkan kaki tanpa hadirmu lagi. Aku tau, aku tak boleh terus begini. Ini harus di akhiri. Meski sulit, meski perih, meski tak ingin… tapi bila hati sudah tak dapat di satukan lagi mengapa mesti dipaksakan? Sungguh kau tak akan tau betapa sulitnya aku tanpamu. Tapi apa pedulimu?
Cerah.
Kapan cerah datang.. saat aku bisa bebas bergerak tanpa beban. Tanpa ada lagi bayangan kepergianmu yang selalu menghantuiku. Ah, biarkan saja hujan… biarkan hujan menghapus semua jejak langkah kakimu. Biarkan mendung menghilangkan bayanganmu. Hingga saat cerah datang yang dapat kulihat hanya lah jejak langkahku, hanya bayang”ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar